PEMBINAAN KELUARGA
AL QUR’AN SURAH LUQMAN AYAT 16-17
A. PENDAHULUAN
Islam merupakan agama yang komprehensif dan sempurna. Kesempurnaan itu juga tergambar jelas dari kitab suci yang diturunkan Allah SWT melalui perantara malaikat Jibril kepada manusia terbaik sepanjang masa, ialah Nabi Muhammad Saw. yaitu Al Qur’an.
Ke-komprehensif-an Al Qur’an terbukti dari pembahasannya yang tidak hanya menekankan aspek-aspek ibadah semata namun pengamalan-pengamalan muamalah ditambah berbagai pengetahuan seperti, sejarah, sains, politik, sastra dan sebagainya yang terdapat di dalam kitab indah nan menawan bernama Al Qur’an.
Salah satu figur yang namanya diabadikan dalam Al Qur’an adalah Luqman al Hakim. Menurut beberapa Mufassir, Luqman al Hakim adalah orang yang sangat bijaksana. Perbedaan pendapat yang terjadi dikalangan ulama terjadi ketika ada sebagian di antara mereka yang menyatakan bahwa Luqman al Hakim adalah seorang nabi. Namun pendapat lain yang mengatakan bahwa Luqman al Hakim bukanlah seorang nabi, melainkan hanyalah seseorang yang diberikan oleh Allah SWT hikmah. Gambaran lebih detail mengenai sosok Luqman al Hakim lebih lanjut adalah ia berasal dari suatu negeri dari Afrika dan berprofesi sebagai tukang kayu. Dan dinamakannya surat Luqman dalam Al Qur’an, dikarenakan surat itu mengandung berbagai wasiat dan nasehat yang disampaikan Luqman kepada anaknya.
Nasehat-nasehat yang diutarakan Luqman al Hakim kepada anaknya sengaja diabadikan Allah SWT dalam Al Qur’an sebagai pengingat kepada manusia guna menjadi makhluk yang memiliki aqidah kuat, senantiasa bersyukur dan bertakwa dengan menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Makalah ini membahas tentang ayat keenambelas dan tujuhbelas dari surah Luqman. Mulai dari beberapa penafsiran ulama, munasabah dengan ayat sebelumnya, dan pesan dari ayat tersebut yang berkaitan dengan dunia pendidikan.
B. DEFINISI JUDUL
Secara bahasa, pembinaan berasal dari asal kata bina, yang memiliki arti pertama, mendirikan, membangun. Kedua, memelihara, mengembangkan dan menyempurnakan. Sedangkan kata pembinaan memiliki arti hal cara, atau hasil pekerjaan membina. Sedangkan keluarga berasal dari bahasa sanskerta yaitu kula = famili; warga: anggota; dan kata sekeluarga memiliki arti satu famili (ibu-bapak dan anak-anak). Dan dalam bahasa Inggris, kata bina disebut building, construction. Sedangkan kata pembinaan sendiri diterjemahkan menjadi founding, establishment, construction. Dan jika ditambah dengan kata lain seperti kata mental, menjadi character building. Namun, jika kata pembinaan dapat disejajarkan dengan kata pembinaan yang dalam bahasa Inggris disebut coaching, maka definisi kata tersebut menurut Julie Kennedy adalah “something that takes you from where you are now to where you want to be” (sesuatu yang dapat membawa kita dari tempat kita berada sekarang ke tempat yang kita inginkan). Sedangkan kata keluarga dalam bahasa Inggris disebut family yang menurut Oxford Dictionary berarti pertama, parents and children. Kedua children. Ketiga persons descended from a common ancestor. Keempat, group of living things or of languages.
Dalam bahasa Arab, padanan kata yang sesuai dengan kata pembinaan adalah kata تهذيب atau kata تأديب/ , تربية yang berarti pendidikan atau pengajaran. Dan kata تهذيـــــــبــي memiliki arti bersifat / berhubungan dengan pendidikan, edukasional. Sedangkan kata keluarga dalam bahasa Arab diterjemahkan sebagai أسرة atau kata أهل .
Secara istilah, pembinaan dapat berarti proses membina/mendidik atau mengajar. Sedangkan keluarga menurut Dr. Hussaini Abdul Majid, dkk. Terdiri dari orang tua dan anak-anak dan dalam hati orangtua tersebut bersemayam rasa cinta yang tak pernah putus. Cinta tersebut adalah cinta yang diberikan Allah SWT kepada mereka.
Dari berbagai definisi di atas, pemakalah mencoba mengambil sebuah kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan pembinaan keluarga adalah proses membina,mengajar atau mendidik diantara anggota keluarga. Dan pembinaan keluarga yang terdapat dalam surah Luqman ini adalah proses pembinaan yang dilakukan oleh sang ayah, Luqman al Hakim terhadap anaknya.
C. AYAT DAN TERJEMAH
Artinya:
“(Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha mengetahui.” (Luqman : 16)
“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (Luqman : 17)
D. MUNASABAH
Pada ayat sebelumnya, Allah SWT berfirman dalam surah Luqman ayat 14 dan 15 yaitu :
Artinya:
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Luqman : 14)
Artinya:
“ Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Luqman : 15)
Ayat di atas adalah ayat keempatbelas dan kelimabelas memiliki hubungan terhadap ayat keenambelas dan tujuhbelas yang dibahas dalam makalah ini. Ayat keempatbelas meminta kita untuk senantiasa bersyukur kepada Allah SWT dan berterima kasih kepada kedua orang tua kita. Allah SWT menjelaskan bagaimana perjuangan seorang ibu pada saat mengandung kita dengan kondisi yang semakin lama semakin melemah, dan setelah itu ia menyusui kita hingga berusia dua tahun. Akan tetapi pada ayat kelima belas Allah SWT juga memberikan sebuah penegasan ketika kedua orang tua kita meminta kita untuk menyekutukanNya, maka kita tidak diizinkan untuk mengikutinya. Sampai disini gugurlah kewajiban kita untuk taat kepada kedua orang tua. Ini disebkan persoalan aqidah lebih diutamakan Allah SWT dibanding dengan persoalan yang lainnya. Namun, perbedaan yang timbul tersebut tidak serta-merta menjadikan diri kita tidak berlaku baik terhadap kedua orang tua. Walaupun orang tua kita memiliki keyakinan yang berbeda, Allah SWT tetap meminta kita untuk senantiasa memperlakukannya dengan sebaik-baiknya.
Dalam ayat di atas Allah SWT juga memberikan pemahaman aqidah yang harus ditanamkan kepada anak adalah sifat senantiasa bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat dan karunia yang telah diberikanNya kepada kita. Rasa syukur kepada Allah SWT harus didahulukan dari rasa syukur kepada manusia, termasuk kepada kedua orang tua. Artinya, sekalipun orang tua sangat berjasa dalam memelihara dan mengasuh kita sejak dalam kandungan, rasa syukur kepada mereka tidak boleh mendahului rasa syukur kepada Allah SWT. Sebab, tempat kembali semua makhluk hanyalah kepada Allah SWT.
Kaitannya dengan ayat selanjutnya adalah pada akhir ayat kelimabelas, Allah SWT menjelaskan bahwa hanya kepadaNya semua akan kembali. Dan Allah SWT kelak akan memberikan ‘laporan’ tentang apa-apa yang telah kita kerjakan selama hidup di dunia ini. Hal ini juga sesuai dengan ayat ke enam belas yang pada intinya menegaskan bahwa perbuatan sekecil apapun, baik itu kebaikan atau keburukan, maka Allah SWT akan menghadirkannya kepada kita pada hari kiamat kelak sebagai balasan kepada kita.
Selain itu, dalam surah Luqman ayat ke empatbelas dan limabelas, Allah SWT memberikan pelajaran bagaimana seorang anak harus berbakti kepada kedua orang tua. Dan ayat keenambelas dan tujuhbelas menjelaskan bagaimana upaya orang tua dalam mendidik anak-anaknya.
E. TAFSIR AYAT
Ayat ke enambelas
Artinya :“ (Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha mengetahui.” (Luqman : 16)
Berikut pendapat para Mufassir mengenai ayat di atas:
Di dalam tafsir Qurtuby, ayat di atas menggambarkan percakapan antara Luqman al Hakim dengan anaknya. Luqman al Hakim menjelaskan kepada anaknya bagaimana kemampuan kudratullah / kadar kekuasaan Allah SWT. Selanjutnya Luqman al Hakim juga mencoba memberi pemahaman bahwa setitik debu tersebut tidak merasa dapat memberikan sumbangsih beban dalam sebuah timbangan. Selanjutnya, jika manusia diberi rizki oleh Allah SWT walaupun seberat biji sawi / sebutir pasir / atom, di tempat-tempat yang telah ditentukanNya, pasti Allah SWT akan memberinya/tidak mendustainya. Dan janganlah kita terlalu memaksakan atau menjadi makhluk yang sangat ambisius dalam mencari rizki yang membuat kita lalai terhadap kewajiban-kewajiban kita kepada Allah SWT.
Sedangkan Ibn Katsir menulis bahwa ayat di atas merupakan wasiat yang berupa cerita yang sangat bermanfaat yang terdapat dalam Al Qur’an melalui kisah Luqman al Hakim. Selanjutnya, ayat tersebut juga menceritakan ketika kita melakukan kezholiman atau kesalahan, walaupun itu hanya sebesar zarrah (atom) maka itu akan dihadirkan oleh Allah SWT pada hari kiamat dan diletakkan dalam timbangan keadilan. Dan Allah SWT akan membalas setiap kebaikan dengan kebaikan, begitupun sebaliknnya, Allah SWT akan membalas setiap perbuatan buruk yang dilakukan manusia dengan keburukan pula. Sebagaimana Allah SWT juga berfirman dalam surah Al Anbiya’ ayat 47 yang berbunyi :
Artinya:
“ Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, Maka Tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan.” (Al Anbiya’ : 47)
Selanjutnya Allah SWT juga berfirman dalam surah Al Zalzalah ayat 7 dan 8 yang berbunyi :
Artinya:
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.” (Al Zalzalah : 7-8)
Lebih lanjut, Ibn Katsir juga berkata bahwa jikalau zarrah tersebut berada dalam sebuah penjagaan atau tertutup dan sekalipun berada di tengah padang pasir nan luas, atau hilang di langit atau di bumi. Maka sesungguhnya Allah SWT pasti akan mendatangkannya. Karena tidak ada yang mampu sembunyi dari ilmuNya yang Mahahalus dan Mahatahu dan meliputi segala sesuatu. Sehingga seekor semut yang melata di malam yang gelap gulita-pun tak akan luput dari penglihatan-Nya.
Syaikh Wahbah al Zuhaili menjelaskan bahwa seandainya kebaikan atau keburukan dan kedzholiman yang dilakukan menyamai sebutir pasir atau sebesar biji sawi, bahkan lebih kecil dari itu, dan terletak jauh atau sangat tinggi melebihi langit, atau sangat rendah melebihi perut bumi, maka Allah SWT akan hadirkan perbuatan tersebut pada hari kiamat di antara timbangan timbangan amal manusia. Sebagaimana Allah SWT juga berfirman dalam surah Al Anbiya’ ayat ke 47 :
Artinya:
“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, Maka Tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan.” (Al Anbiya’ : 47).
Sementara itu Syaikh Nawawi al Bantani dalam kitabnya Marah Labid li Kasyfi Ma’na Qur’anil Majiid menjelaskan bahwa segala sesuatu yang yang dilakukan manusia dan sekecil apapun itu, serta dimanapun kita melakukan perbuatan itu, apakah di bumi atau di langit maka Allah SWT akan menghadirkannya dan menghitungnya. Sungguh ilmu Allah SWT meliputi segala sesuatu.
Ayat keenambelas pada surah Luqman juga menjelaskan pemahaman mengenai sifat-sifat Allah SWT. di antaranya Allah SWT Mahakaya, Mahatahu dan Mahahalus, keyakinan terhadap sifat-sifat Allah SWT akan menjadikan anak memiliki dorongan yang kuat untuk menaati segala perintah Allah SWT. Kekuatan akidah merupakan landasan untuk menaati semua perintah Allah SWT berupa taklif hukum yang harus dijalankan sebagai konsekuensi keimanan. Oleh karena itu, perlu motivasi yang kuat, ketekunan yang sungguh-sungguh, serta kreativitas yang tinggi dari para orangtua terhadap upaya penanaman akidah yang kuat kepada anak.
Dari berbagai penafsiran mengenai ayat di atas, para mufassir umumnya memiliki pandangan yang sama. Kesamaan pandangan seperti segala perbuatan yang dilakukan manusia walaupun perbuatan itu tak lebih besar dari sebutir biji pasir atau sebutir biji sawi maka, maka Allah SWT akan menghadirkannya pada hari perhitungan amal, dan Allah SWT tidak akan merugikan hambanya sedikitpun. Ini menunjukkan sifat Mahakaya dan Mahateliti Allah SWT. Serta Allah SWT Mahamengetahui mengenai apa saja yang dilakukan oleh hambanya, baik itu di langit, di dalam sebuah batu atau di dalam bumi, maka Allah SWT akan membalas perbuatan hamba-hamba Nya pada hari kiamat kelak. Sungguh, ilmu Allah SWT meliputi segala sesuatu. Tak ada satu makhlukpun yang mampu bersembunyi dari pandangan-Nya, ketika seekor semut berjalan di atas batu yang hitam pada malam yang kelam, maka hal tersebut tak luput dari pandangan Allah SWT.
Ayat Ketujuhbelas
Artinya:
“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (Luqman : 17)
Pendapat Sebagian Mufassir mengenai ayat di atas:
Dalam ayat ketujuhbelas, Allah SWT melalui kisah Luqman al Hakim menggambarkan perintah yang seharusnya dilakukan oleh para orangtua dalam mendidik anaknya agar mendapat keselamatan di dunia dan di akhirat. Ibn Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa pertama, perintah melaksanakan sholat yang terdapat dalam ayat ketujuhbelas surah Luqman mencakup ketentuan-ketentuan, syarat-syarat dan ketepatan waktunya. Kedua, perintah amr ma’ruf nahy munkar berarti perintah melakukan kebajikan dan melarang dari setiap perbuatan buruk. Ketiga, bersabar atas segala gangguan dan rintangan yang datang menghadang pada saat kita hendak melaksanakan amr ma’ruf nahy munkar. Karena menurut beliau, setiap orang yang hendak mengerjakan amr ma’ruf nahy munkar pasti akan mendapat rintangan, cobaan atau halangan, dan pada saat itulah dibutuhkan kesabaran.
Imam Mujahid dalam tafsirnya menjelaskan yang dimaksud dengan amr ma’ruf nahy munkar pada ayat ini adalah siapa yang mengajak orang untuk beriman kepada Allah SWT dan mencegah orang untuk menyembah kepada selain-Nya, maka itu dinamakan amr ma’ruf nahy munkar.
Sedangkan Syaikh Wahbah Al Zuhaili mencoba menjelaskan ayat tersebut, pertama, yaitu setelah manusia terlepas dari segala sesuatu yang menyekutukan-Nya, dan takut akan ilmu dan ketentuan-Nya, dilanjutkan dengan mengerjakan perbuatan sholih seperti melazimkan untuk senantiasa meng-esa kan-Nya dengan jalan melaksanakan sholat dan ibadah lainnya hanya semata-mata karena Allah SWT dan penuh keikhlasan. Kedua, mendirikan sholat dengan sempurna yaitu senantiasa memperhatikan ketentuan-ketentuan, syarat-syarat dan waktunya, karena sholat itu adalah tiang agama. Ketiga, dengan keimanan dan keyakinan sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT sebagai sumber dari segala kebenaran. Sebagaimana membantu dalam menjauhkan diri dari perbuatan buruk dan kemunkaran, serta senantiasa mensucikan diri.
Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa pekerjaan amr ma’ruf adalah perintah yang lain kepada jiwa agar mengerjakan kebaikan sesuai syariat dan akal pikiran. Untuk menjadi pribadi yang berakhlak mulia, berbudi pekerti yang luhur serta melatih jiwa. Serta mengajak orang lain untuk mengamalkannya (mengerjakan kebaikan) sebagaimana firman Allah SWT :
Artinya:
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (As Syams:9-10)
Selanjutnya, nahy munkar adalah mencegah jiwa dan yang lainnya dari berbagai macam kemaksiatan dan kemungkaran yang diharamkan oleh syariat dan dan dianggap jelek oleh akal pikiran. Dikarenakan hal tersebut dibenci oleh Allah SWT dan wajib mendapat adzab. Setelah itu manusia diminta untuk senantiasa bersabar atas segala rintangan yang datang menghampiri serta bersabar untuk senantiasa istiqomah dalam mengerjakan kebaikan. Pada akhirnya, tuntutan kepada manusia agar senantiasa bersabar adalah sebuah modal utama untuk menggapai keridhoan Allah SWT. sebagaimana perintah sholat yang dijadikan dasar dalam Islam. Allah SWT berfirman dalam hal ini:
Artinya:
“ Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',” (Al Baqarah : 45)
Imam Abu Bakar Al Jazairi dalam tafsirnya Aysar Tafaasir al Jazairi menjelaskan hikmah ayat ketujuhbelas dalam surah Luqman di antaranya adalah pertama, kewajiban untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kedua, kewajban untuk melaksanakan perintah sholat dan mengerjakan amr ma’ruf nahy munkar serta diiringi sifat sabar.
Sedangkan Syaikh Nawawi al Bantani berpendapat bahwa ayat tersebut menjelaskan tentang wasiat Luqman al Hakim kepada anaknya agar senantiasa mengerjakan sholat sesuai dengan ketentuan-ketentuannya, senantiasa berbuat baik dan mencegah dari perbuatan-perbuatan munkar seperti perkataan dan perbuatan yang tercela. Serta mengiringi hidupnya dengan sifat sabar atas segala masalah dan rintangan yang menghadang, dan janganlah berputus asa dalam menegakkan amr ma’ruf nahy munkar.
Sayyid Quthb mengemukakan mengenai ayat ketujuhbelas dari surah Luqman ini adalah, setelah Luqman al Hakim menanamkan ke dalam anaknya aqidah yang kuat, yaitu beriman kepada Allah SWT dan tanpa sekutu bagi-Nya, setelah itu yakin adanya hari akhirat, dan percaya kepada keadilan balasan Allah SWT yang tidak terlepas dari-Nya walaupun sebesar sebiji sawi. Ia membawa anaknya kepada langkah yang kedua yaitu ber-tawajjuh kepada Allah SWT dengan ibadah sholat dan menghadapi manusia dengan berdawah kepada Allah SWT serta sabar memikul tugas-tugas da’wah dan kesulitannya yang pasti dihadapi. lnilah jalan aqidah yang tersusun iaitu mentauhidkan Allah SWT, menyedari wujudnya pengawasan Allah SWT, meletakkan harapan pada balasan yang disediakan di sisi Allah SWT, percaya kepada keadilan Allah SWT dan takut kepada balasan Allah SWT, kemudian berpindah pula kepada kegiatan berda’wah, yaitu menyeru manusia memperbaiki keadaan diri mereka, menyuruh mereka berbuat kebaikan dan melarang mereka berbuat kemungkaran. Dan sebelum menghadapi perjuangan menentang kejahatan itu, seseorang harus memiliki bekal utama yaitu bekal ibadah kepada Allah SWT, ber-tawajjuh kepada Allah SWT dengan sholat dan sabar menanggung kesulitan yang dialami oleh setiap penda’wah kepada agama Allah SWT, yaitu kesulitan akibat penyelewengan hati manusia, kesulitan akibat dan kelancangan lidah dan dari kejahatan tindak-tanduk manusia, juga kesulitan akibat dan kesukaran materi dan pengorbanan jiwa ketika diperlukan keadaan “Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)” Maksud dari الْأُمُورِ عَزْمِ ialah memotong jalan ragu-ragu setelah ditetapkan azam dan dikuatkan tekad.
Beberapa pendapat mufassir mengenai ayat ketujuh belas dalam surah Luqman memiliki kesepakatan pandangan, mereka umumnya berpendapat, ketika aqidah sudah ditanamkan kepada seorang anak agar senantiasa meyakini keesaan dan kekuasaan Allah SWT dan menjauhkan diri dari sifat syirik, maka dilanjutkan dengan mengetahui beberapa sifat Allah SWT seperti Mahakaya, Mahakuasa dan Mahatahu atas segala tindak-tanduk amal perbuatan manusia. Dilanjutkan dengan proses mendekatkan diri kepada-Nya, yaitu dengan melaksanakan sholat, hal ini merupakan perkara yang sangat penting, karena sholat merupakan dasar dari agama Islam, lebih lanjut, sholat merupakan amal perbuatan pertama yang akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat kelak, jika baik sholatnya, maka insya Allah baik pula amal perbuatan lainnya.
Ada sebuah pendapat menarik yang diucapkan Syaikh Ibnul Qayyim al Jauziyyah mengenai sholat. Menurutnya, melalui sholat, Allah SWT ingin menunjukkan kepada manusia, siapa yang menciptkannya dan menunjukinya kepada jalan menuju Allah SWT. Sholat adalah hadiah dari Allah SWT untuk manusia melalui tangan Rasulullah Saw -manusia yang jujur lagi dapat dipercaya- sebagai rahmat untuk memuliakan manusia agar kembali kepada ketinggian derajat, kehormatan dan nilai kemanusiaannya. Sholat juga berfungsi sebagai perantara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT., bukan karena Allah SWT. membutuhkan kita, namun karena kita membutuhkannya. Dengan sholat pula, Allah SWT. ingin menunjukkan kepada manusia tentang Tuhannya. Sementara itu, anggota tubuh dan hati secara bersamaan diajarkan untuk tunduk dan menyembah kepada penciptanya.
Menurut Dr. Mukhotim el Moekry, sholat akan membentuk tingkah laku anak menjadi matang. Karena sholat yang diwajibkan Allah SWT sebagai benteng untuk mencegah kenakalan moral. Karena itu, menegakkan sholat memiliki muatan ia mengerjakan amal ibadah sholat sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah Saw. Akan tetapi , ia juga menegakkan apa yang ada di dalam doa sholat. Sholat adalah sebuah Iqror “sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah Robbul ‘Alamiin” ini memiliki arti bahwa dengan sholat adalah sebuah kepatuhan hukum Allah SWT (syariah Islam) dalam tata kehidupan.
Setelah perintah mengerjakan sholat. Luqman al Hakim memerintahkan anaknya anaknya agar menyeru kepada kebaikan dan cegahlah keburukan. Secara langsung Luqman al Hakim memerintahkan kepada anaknya agar berdakwah di jalan Allah SWT. sebuah perintah mulia yang diminta sang ayah kepada anaknya guna mendapat keridhoan-Nya. Perintah berdakwah itu diiringi oleh nasihat agar sang anak senantiasa bersabar dalam berdakwah. Menurut M. Quraish Shihab, semakin bertakwa seseorang, maka semakin besar dan semakin panjang pula tingkat kesabarannya, sehingga yang bersangkutan dapat mencapai satu tingkat kesabaran yang bagaikan tidak terbatas. Sebaliknya, seseorang yang kurang atau tidak bertakwa akan hilang kesabarannya bila ditimpa sedikit bencana, sehingga jangankan kesabaran terbatas, sedikit kesabaran pun tidak dimilikinya.Kesabaran dapat ditumbuhkan sehingga mencapai suatu batas yang mendekati “tidak terbatas”, antara lain dengan menyadari bahwa ujian atau petaka yang sedang dihadapi dapat terjadi dalam bentuk yang lebih besar. Jika ini disadari, ketika itu akan muncul dari lubuk hati yang terdalam rasa syukur atas nikmat-nikmat lain yang selama ini diperoleh sehingga saat itu juga kesabaran bagaikan tidak perlu diperankan lagi.
Kesabaran yang diperintahkan oleh Luqman al Hakim kepada anaknya agar senantiasa istiqomah dalam menyerukan kebaikan dan mencegah dari kemungkaran seolah menyadarkan bahwa dalam mengemban tugas dakwah, rintangan dan halangan seolah menjadi santapan bagi orang yang menyeru ke jalan kebaikan. Syaikh Muhammad al Ghozali menjelaskan, hal itu dikarenakan oleh banyaknya rintangan dari orang-orang yang melemahkan semangat dan gangguan orang-orang yang membenci dan mencaci. Sejak empat belas abad yang lalu, di tanah Arab telah lahir Muhammad ibn Abdullah Saw. Para pemimpin agama Yahudi dan Nasrani sebenarnya telah mengetahui beritanya, mereka datang menjumpai beliau untuk meyakini kebenaran dakwah dan risalahnya. Mereka tidak memerlukan penjajagan yang bertele-tele, karena dengan segera begitu berjumpa dengan beliau, mereka sudah dapat memastikan bahwa mereka memang benar berhadapan dengan utusan dari Tuhan semesta alam, yang wajib mereka percayai dan bergabung dengannya. Namun mereka menutup jiwa mereka terhadap kebenaran ini, mereka tidak suka dengan pura-pura bodoh, bukan karena bodoh menyebut-nyebutnya, apalagi menyiarkannya.
Jadi, setelah menanamkan aqidah yang kokoh terhadap anak, maka dilanjutkan dengan mengenalkan kepada mereka mengenai sifat dan kekuasaan Allah SWT. dilanjutkan dengan perintah untuk senantiasa menjalankan sholat sesuai dengan ketentuan-ketentuannya. Setelah itu, Allah SWT memerintahkan agar senantiasa menyeru kepada manusia agar selalu mengerjakan kebaikan, baik itu berupa ucapan maupun perbuatan, serta diiringi sifat sabar serta konsisten dalam menjalankan amr ma’ruf nahy munkar dikarenakan banyaknya cobaan dan rintangan yang akan datang menghadang.
F. PESAN PENDIDIKAN PADA AYAT
Sebagai sebuah kesimpulan, pesan pendidikan yang terdapat dalam surah Luqman ayat keenambelas dan tujuhbelas adalah:
1. Tanamkan aqidah yang kuat terhadap anak. Hal ini sangat diperlukan agar anak-anak mampu berbuat kebaikan meskipun hal yang dilakukannya sangat kecil dan mungkin dianggap tidak memiliki arti apa-apa. Akan tetapi, di mata Allah SWT perbuatan baik sekecil apapun akan Allah SWT balas sesuai dengan apa yang kita lakukan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Luqman ayat keenambelas.
2. Berikan kesadaran kepada akan sifat-sifat mulia yang dimiliki oleh Allah SWT. seperti Mahakaya, Mahamengetahui dan Mahateliti. Hal tersebut dilakukan agar anak menyadari bahwa setiap perbuatan yang dilakukan oleh manusia pasti Allah SWT akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak.
3. Perintahkan kepada anak agar senantiasa mengerjakan sholat. Tentu sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan kewajiban-kewajiban yang bertujuan menyempurnakan ibadah sholat anak. Berikan pengetahuan kepada mereka mengenai hal-hal yang berkaitan tentang sholat. Seperti rukun, sunnah, balasan bagi yang senantiasa mengerjakannya serta yang meninggalkannya.
4. Ajarkan kepada mereka agar berani menyerukan kebaikan dan mencegah kemungkaran. Contohkan kebaikan-kebaikan kepada mereka agar mereka mendapat figur teladan yang nyata dihadapannya. Sinergikan antara perkataan dan perbuatan yang membuat mereka memiliki contoh nyata untuk ditiru. Penyakit terbesar seorang orangtua maupun pendidik adalah tidak menyatunya antara perbuatan yang diperintahkan olehnya dengan tindakan atau perilakunya.
5. Perintahkan kepada mereka agar mampu bersabar dalam menghadapi ujian kehidupan dalam proses amr ma’ruf nahy munkar. Jelaskan kepada mereka agar menjadi pribadi-pribadi yang tidak mudah putus asa dalam berdakwah. Pahamkan juga bahwa ketika kita menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran, maka sudah dapat dipastikan halangan dan rintangan akan datang menerjang. Butuh konsistensi agar dapat menjadi pribadi-pribadi yang bertakwa. Dan itu adalah kewajiban bagi setiap orang beriman
Referensi :
Abdul Majid, Hussaini Dr, dkk (Ulama Besar Universitas Al Azhar Mesir), Mengasuh Anak Menurut Ajaran Islam, (Pustaka Shadra, Jakarta 2004)
Al Ghozali, Muhammad,Rahasia Hidup Sukses Menurut Islam dan Barat,- terj. (Al Jannah, Jakarta 2004) Cet. I
Al Jauziyyah, Ibnul Qayyim, Rahasia dan Hikmah Dibalik Ibadah Sholat, terj.(Ziyad Visi Media, Solo 2008)
Al Jazairi, Abu Bakar, Aysar Tafaasir al Jazairi, ( Al Maktabah Al Syamilah, Juz III)
Al Zuhaili, Wahbah ibn Musthofa , Tafsir al Muniir lil Zuhayli (Al Maktabah Al Syamilah, Juz 21)
Ali, Atabik, A. Zuhdi Muhdor, Kamus Arab Kontemporer/ Al Asr (Multi Karya Grafika, Pondok Krapyak Yogyakarta, tt) cet IX
Badudu ,J.S. Badudu dan Sultan Muhammad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Pustaka Sinar Harapan, Jakarta 1996)
Echols, John M, Hassan Shadily, Kamus Indonesia-Inggris,(PT. Gramedia, Jakarta 2003) Cet. VIII
El Moekry, Mukhotim, Membina Anak Beraqidah Kokoh, (Wahyu Press, Jakarta 2004) Cet. I
Ismail ibn Umar ibn Katsir, Abu Fida , Tafsir Ibnu Katsir, (Al Maktabah Al Syamilah, Juz VI)
Kennedy, Julie, a definition of coaching, (www.kennedy-coaching.com, Germany)
Mujahid, Abu Hajaj, Tafsir Mujahid, (Al Maktabah Al Syamilah, Juz I)
Nawawi al Jawi al Bantani, Muhammad ibn Umar, Marah Labid li Kasyfi Qur’anil Majiid, (Al Maktabah Al Syamilah, Juz II)
Oxford Pocket Dictionary, (Oxford University Press, Oxford 1983)
Pranowo,Sigit , Kisah Luqmanul Hakim dalam Al Qur’an, (www.eramuslim.com), th.
Quraish Shihab, Muhammad, Fatwa-fatwa Seputar Wawasan Agama, (Mizan, Bandung 1999) Cet. I
Quthb, Sayyid, Tafsir fi Zhilalil Qur’an, ayat-ayat pilihan (E-Book )
Sudibjo,Wisnu, pendidikan anak menurut Al Qur’an, Tafsir Surah Luqman ayat 13-19, (http://wisnusudibjo.wordpress.com/2009/01/24/)
Syamsuddin al Qurtuby, Abu Abdullah, Tafsir al Qurtuby, (Al Maktabah Al Syamilah, Juz 14)
0 komentar:
Posting Komentar